Selasa, 15 Januari 2013

Menekan Keegoisan, Kapan?

Sore ini, 15 Januari 2013, ketika gw di angkot, mau pulang, gw inget kalimat yang sering Hanang bilang sewaktu nanjak di Gunung Betung (Makasih, Nang. Telah menginspirasi tulisan ini).

Eniwei, entah kenapa gw sering terpikir tulisan, justru pas di angkot. Canggih bener ini!

Hanang –kurang lebih— bilang “Naik gunung itu melatih keegoisan”. Mungkin lebih tepatnya, naik gunung sejatinya melatih seseorang untuk menekan keegoisannya.

Saat nanjak, kita melatih diri untuk peduli dengan anggota team. Ikut berhenti dan nungguin anggota tim yang kecapean, misalnya, padahal kita baik-baik aja. Mendengarkan keluhan anggota tim yang mulai putus asa di  track nanjak dan berusaha memotivasi, padahal kita masih semangat dan fisik dalam keadaan baik-baik saja. Berjalan lebih lambat dari biasanya untuk menyesuaikan dengan anggota tim lainnya, padahal kita pingin banget cepet nyampe puncak dan yakin sanggup! Itu mungkin berbagai contoh dari menekan keegoisan saat nanjak.

Gw tipe yang emosian. Gw yakin Hanang juga begitu. Tapi waktu nanjak kemarin, kami begitu mudah menekan keegoisan. Kenapa? Gw pikir, ini sederhana. Karena kami semua, satu tim, berada di kondisi yang sama. Sama-sama lagi nanjak. Lebih mudah, gw pikir, peduli sama orang disituasi yang sedang sama.

Menurut gw, aplikasi sebenarnya dari “menekan keegoisan” itu bukan pada saat nanjak. Tapi pasca-nanjak. Saat kita menghadapi masyarakat, saat kita berada di tempat kerja, saat kita berinteraksi dengan rekan-rekan di sekitar kita.

Kalau kita belum bisa mendengarkan pendapat orang dengan baik, kalau kita masih mudah menyalahkan orang lain atas pemikirannya yang tidak sejalan dengan diri kita, kalau kita dikit-dikit tersinggung, berarti pelajaran “menekan keegoisan” saat nanjak itu belum teraplikasi dengan baik, kan?

Sebenarnya, kata gw, ini nggak beda jauh dengan proses mentarbiyah diri saat Ramadan. Kenapa mudah puasa, mudah tarawih, dan mudah melakukan hal-hal yang baik saat Ramadan? Karena kita semua berada pada kondisi yang sama, sedang berpuasa. Terlebih itu kewajiban orang yang beriman. Mau nggak mau.

Tapi, keberhasilan tarbiyah saat Ramadan itu justru pasca-Ramadan, kan?

Well, sepertinya gw harus lebih sering lagi nanjak. :D



Natar, 8.20 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar