Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Segala puji hanya milik Rabb
semesta alam yang telah mencipta begitu indah pemandangan dari
ketinggian. Terlebih telah mengizinkan gw, Umi, Heroe, Tomy, Hanang, dan
si Imoetz Bayu yang tampan untuk menikmati kemahaindahan alam
ciptaan-Nya.
Gw seneng banget. Track Semeru bukan jadi satu-satunya tempat gw nanjak—seumur idup. Hore..
Kemarin, Minggu, 13 Januari 2013 ada tanah tinggi lain yang kami jejaki. Gunung Betung. Ketinggiannya sekitar 1.523 mdpl.
Malam sebelum berangkat, gw sms Umi. Ngajakin ikut. Dari pada gw
cantik sendiri, kan. Gw inget, Umi pingin ke Semeru. Makanya, gw ajakin
latihan dulu.
Kami sepakat kumpul di Gedung Puskom jam 7 pagi. Udah ngumpul sih.
Tinggal si Bayu yang udah niat telat setengah jam. Jadi kita pada cari
sarapan di sekitaran GSG Unila. GSG cukup ramai karena ada kegiatan Try
Out yang diikuti siswa SMA sekitaran Bandar Lampung.
Sekita jam 8 pagi, kita baru meninggalkan Puskom. Belanja logistik di
Alfamart Pramuka. Lanjut sampe ke Wiyono, Pesawaran. Nyampe sekitar jam
10. Pas turun dari angkot,nggak taunya di seberang gang itu, telah
bertengger dengan indah sebuah Indomart. Oke, jangan-jangan di puncak
juga udah ada Indomart.
Kita benar-benar jalan dari pinggir jalan. Itu lumayan nggak
ngasikin. Soalnya di kiri kanan jalan masih banyak rumah penduduk. Jalan
masih aspal. Lama-kelamaan jalan berubah jadi batuan. Rumah makin
jarang. Terus nanjak. Jalan mulai tanah merah licin dengan kebun coklat
di kiri kanan. Tapi jalan masih lebar, masih ada beberapa motor yang
lewat. Ah, nggak seru!
Tapi tapi tapi… lama kelamaan makin sadar, ini track nanjak terus dan
nggak ada sedikit tanah datar untuk istirahat. Wah ini jadi menarik,
keren! Gw jadi suka, entah kenapa. Mungkin karena awal gw nanjak adalah
track Semeru, terlebih track Ayek-ayek atau Plosotan yang
“wuuuuiiiihhh…mateeee”. Plosotan adalah tanjakan “sadis” yang banyak
tipuan. Ditambah lagi, waktu itu pake carrier yang beratnya kayaknya
nggak beda jauh sama berat badan gw (lebay).
Jadi kemaren gw sangat menikmati perjalanan. Sangat menikmati
tanjakan tanpa baban, baik beban bawaan punggung, maupun beban bawaan
hati , dan pikiran. Pokoknya liat tanjakan semakin tinggi tanpa jeda,
bawaannya seneng… aja. Heran juga gw.
Seneng lainnya adalah bisa ngajakin Bayu buat nanjak. Jadi sepanjang
jalan ada hiburan. Pokoknya semua kelakuan dan perkataan bayu, itu
hiburan buat gw. Misalnya, waktu dia bilang cape, atau bandel nggak bisa
dinasehatin untuk posisi kaki yang baik pas lagi duduk. Semuanya Deh.
Pokoknya kitu nanjak lagi, ya, Bay :D
Kemaren beberapa orang berubah jafi Filosof. Perkataan orang-orang
jadi filosofis. Keren. Perjalanan jadi menyenangkan dan ada makna yang
ditinggalkan di benak sebagai kenangan (azek!).
Kita sampai di perkemahan sekitar jam 2 siang. Solat di lanjut makan.
Kemudian hujan. Niat ke air terjun diurungkan. Selain itu, kita emang
nggak terlalu niat muncak.
O, iya, kita kenalan dengan beberapa orang yang sudah 2 hari kemah di
situ. Salah satunya Nur, mahasiswa FKIP Geografi Unila ’12. Dia sering
banget nanjak ke Gunung Betung. Bahkan pernah sendirian.
Nur sepertinya tipe pendongeng. Supel. Pribadi yang mudah diterima.
Sepanjang jalan selalu ada saja bahan yang bisa dia ceritakan. Keren.
Kita berteduh di sebuah warung di dekat perkemahan. Sekitar jam 3 sore, kita turun. Bareng Nur.
Jalan licin karena hujan. Rintik itu lama-lama berhenti. Jas hujan
dibuka. Kami turun begitu cepat dan lancar. Nggak ada keluhan cape.
Semua menikmati perjalanan turun. Terus ketemu somay beserta Mamang
somay ayng punya cerita “serem”.
Untuk turun, sebenarnya gw agak terganggu dengan keadaan lutut kiri,
entah kenapa. Di mana pun, setiap turunan, lutut kiri gw agak
bermasalah. Sedikit ngilu. Jadi nggak lega jalannya. Sebenarnya itu cuma
sementara, kalau sudah di jalan yang datar, nggak kerasa lagi. Tapi,
tetep lah, ngeganggu. Ngeri entar akumulasi aja.
Jam 6 kurang, kami sudah di pinggir jalan. Tadinya mau bersih-bersih
di masjid, tapi ururng. Kita langsung pulang. Tapi di jalan, berubah
niat. Kita diundang makan sama si Udin. Bakso sudah menanti. Belum lagi
sisa logistik yang belum sempat dilirik waktu nanjak. Kita selesaikan
secara adat. Terus, pulangnya di anterin sama sopir travel Palembang.
Senangnya. Terima kasih semuanya. Berikutnya, Rajabasa, kan? :D
Pingin nulis kata-kata filosofis yang berseliweran sewaktu nanjak kemaren. Tapi lupa.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar