Selasa, 17 Desember 2013

Seperti Mawar [26 of 1001]

Aku ingin mencintaimu seperti mawar yang segar
utuh kelopak rekah, di pagi yang cerah
Mawar Pagi ini :)

Jumat, 04 Oktober 2013

Penawaran [25 of 1001]

Aku masih menginginkan kita.
Baiklah, akan kutawarkan hal lainnya, sekiranya ini bisa jadi peluang bagi kita.
Pasca-akad nikah hingga waktu resepsi pernikahan tiba, demi Allah, aku tidak menuntut nafkah lahir maupun batin.
Tak masalah resepsi digelar 6 bulan atau satu tahun kemudian. Aku tetap di rumah orangtuaku, kamu pun begitu.
Harta dan jiwamu tak berkurang meski kamu telah memiliki istri.
Sebelum resepsi itu tiba, aku tidak akan menuntut hak apapun.
Kamu dan hartamu tetap pada takaran yang sama. Sungguh!

Bukankah aku begitu murah?

Menyerah Berusaha [24 of 1001]

Sekiranya desakanku untuk kamu segera melamar
kamu artikan sebagai "menyerah"
maka benar, i deeply give up

Sekiranya kepasrahanmu menerima penundaan waktu pernikahan dari orangtuamu
kamu artikan sebagai "berusaha"
maka benar, u hardly fight for

Demikian ternyata, aku yang harus berkaca
sepertinya aku yang tidak benar-benar cinta

Dua Syarat

Saya sangat berterima kasih atas kedatangan bapak ibu sekeluarga besar untuk melamar saya. Sebelum menyatakan bersedia atau tidak, saya ingin mengajukan dua syarat.
Pertama, saya ingin akad nikah silaksanakan maksimal dua minggu pasca-lamaran ini, tepatnya pada hari Jumat. Hal ini saya putuskan untuk menjaga nama baik kami berdua kalau terpaksa harus kemana-mana berdua mengurus hal yang berkaitan dengan resepsi pernikahan.

Kedua, karena saya tidak suka dengan kalimat "kebelet kawin" yang dilontarkan siapapun, baik serius atau bercanda, baik langsung maupun tidak langsung, maka saya ingin pasca-akad nikah kami tetap tinggal di rumah orangtua masing-masing hingga hari resepsi tiba.

Itu dua syarat yang saya ajukan dan tidak bisa ditawar. Sekiranya bapak ibu sekeluarga besar setuju, mari kita lanjutkan pembicaraan. Sekiranya bapak-ibu sekeluarga besar tidak setuju, maka saya tetap berterima kasih bapak-ibu sekeluarga besar telah sudi melepas alas kaki yang mahal untuk menginjakkan kaki dan duduk bersama di rumah kami yang sederhana ini. Terima kasih.
---

Konsep, kalo-kalo dalam waktu dekat ada yang ngelamar.

Kamis, 03 Oktober 2013

Pertanyaan [23 of 1001]

kalau ada perempuan yang mengajak kamu menikah
bukankah itu bukti kalau dia serius sama kamu
dia yakin dengan keberadaan kamu

sekarang, kenapa kamu tidak mengakui saja kalau kamu belum siap menikah?
malah berdalih belum diizinkan orang tua
kalau serius mengupayakan, izin orang tua pasti didapat
mereka pasti mengerti

nah sekarang, apa yang kamu upayakan?
sikap? sudahkah sikap kamu di hadapan orang tua terlihat pantas untuk menikah?
kebiasaan? sudahkah kebiasaan kamu mencerminkan kamu pantas mengayomi anak orang?
penghasilan? kita tak perlu bahas ini karena kita sama-sama usaha.
bukankah konsepnya 'cukup'.

Senin, 02 September 2013

Bosan

Entah kenapa, hari ini bosan. Mungkin karena nggak ada liputan.
Sudah disiasati dengan liat video-video, belajar bahasa inggris juga, tapi
kebosanan belum juga hilang.
Yah, minimal, ada belajarnya juga dikit, meski di tengah kebosanan begini.

Terus di sms sama Meta. Ditanyain tentang pernikahan, selalu.
Dan masih belum bisa jawab kapan, kecuali tahun depan.
Belum jelas sih kapannya.
Tapi semoga semuanya yang terbaik.


Penghasilan Kita [22 of 1001]

Oh, aku ingat
Kemarin kamu bilang penghasilan aku lebih besar daripada kamu
Sepertinya tidak begitu
Penghasilan kamu jauh lebih besar, sebenarnya
Dan seperti kamu bilang
Kita tidak perlu meributkan itu

Dia Bilang Pengin Naik Sepeda sama Ibunya

Pagi ini (26/8/2013), duduk-duduk di halte depan GSG Unila sambil baca koran. Niatnya mau liputan acara propti di GSG--yang ternyata cuma gladi.
Sambil baca koran, disapa sama satpam yang lagi ngatur lalu lintas.
Nggak lama dia duduk di halte juga, istirahat.

Kenal dong sama Angger--tapi kok nama di bajunya "Hadi" ya?
Dia buka suara.
"Pinggang saya keseleo ini"
"Kenapa?" Saya jadi basa-basi juga menanggapi, soalnya kan kenal.
"Abis gendong ibu saya, dari kamar ke toilet, dari toilet ke kamar. Gitu terus selama 5 tahun."

Dari kalimat terakhir, saya mulai tertarik dengan pembicaraan ini.
"Emang ibunya kenapa?"
"Ibu saya sakit. Tumor otak. Keren ya penyakitnya. Kalo orang tua sakit gitu, kelakuannya jadi kayak anak kecil. Masak Ibu saya pernah bilang, "umi mau tidur, pingin ngimpi naik sepeda, kan dengernya gimana gitu."
Berikutnya dia cerita, pas dapet gaji 13 dia beli sepeda.

Angger bilang, tumor ibunya sudah sekitar 75 % dari besar kepalanya.
Pernah ibunya dirawat 1 bulan di RSAM.

Dia bilang, udah cari informasi berobat kemana-mana. Termasuk dia pakai smartphone bukan untuk bermain di jejaring sosial, tapi untuk cari informasi pengobatan ibunya.

Saya jadi ingat dengan Prof. Warsito. Saya ceritakan ke Angger kalau Prof. Warsito menciptakan alat untuk menghancurkan sel kanker. Terus saya bilang kalau Prof. Warsito itu temannya pak Komar, Kapuskom. Menurut saya, sebaiknya bertemu Pak Komar, supaya prosesnya lebih cepat dan informasi mengenai alatnya lebih akurat.

Angger bilang, kalau ibunya sudah sembuh, dia pengin naek sepeda sama ibunya. Gitu.



Minggu, 25 Agustus 2013

Happy 48 Hours

Ini kisah liburan dadakan gw, Bayu Imuth, Umi, dan Sisil. Rencana liburan ini terbilang singkat. Gw, Bayu, dan Tomy yang rencanain satu minggu sebelumnya. Tapi Tomy nggak jadi ikut. Gw pikir, liburan kali ini harus jadi, setelah yang ke Semeru gagal total. Padahal sudah 3 bulan dipersiapkan semuanya.

Sisil baru gw hubungi sekitar hari Rabu. Dia oke. Berikutnya Umi, diajakin nya pas hari Kamis, kayaknya. Dia juga oke. Yah, mereka berdua pasti udah siap dari segi dana, soalnya keduanya juga bagian dari tim ke Semeru yang gagal.
  
Kita berangkat ke Jakarta Jumat (23/8/2013) Malam. Ketemu di Robinson abis isa. Terus jam 8 malem ke terminal. Sekitar jam 9 busnya berangkat. Sampai di Pelabuhan Bakauheni jam 12 malam. Langsung lanjut ke merak. Sampenya sekitar jam 3 pagi. Ngaso dulu di sekitar depan Pelabuhan Merak.

Di kapal laut, Sisil udah sibuk menghubungi temannya. Kita pindah haluan. Tadinya mau ke Dufan, tapi karena udah pernah, jadinya pingin ke Transtudio. Well, udah dapat penginapan, seletah jam setengah 1 malam nelponin orang-orang.

Tapi kita dikasih tau juga, perjalanannya 5 jam. Itu juga kalau nggak macet. Belum lagi ongkos per orang Rp70 ribu. Itu belum termasuk ke rumah temannya Sisil yang harus ditempuh 2 jam dari Transtudio. Jauh bener!

Finally, kita putuskan ke Dufan aja, sama ke Kota Tua. Lagian menurut banyak orang, lebih seru main di Dufan daripada Transtudio. Bayu Imuth juga belum pernah ke Dufan, jadi ya, itung-itung kita nganterin bayi gorila maen ke Dufan :D

Kami berempat turun di Pancoran. Terus naik Transjakarta ke Semanggi. Abis itu transit ke Kota Tua. Ini kurang efektif sih, seharusnya langsung turun di Semanggi aja. Karena bis yang kita naiki lewat situ juga.

Sampe di kota tua sekitar setengah sembilan. Kita bersih-bersih--tapi bukan mandi-- dan solat sunnah dulu. Abis itu mulai jalan. Di samping sebuah museum yang belum buka, kita makan es potong. Ih, es ini kan yang dulu waktu SD sering kita makan. Sekarang udah langka banget. Harganya 3 ribu per potong. Lanjut dengan makan bubur ayam.

Bayu imuth diajakin ngobrol sama abang tukang esnya. Ditanya-tanya kita dari mana. Terus, kedengeran juga, si abang cerita, dia nikahnya abis lulus SMA. Katanya takut istrinya keburu diambil orang. Hahaha.

Perjalanan dilanjutkan dengan masuk Museum BI. Dapet tiket, tapi gratis. Dari museum ini baru tau kalau Lampung--yang dulu merupakan keresidenan-- pernah menerbitkan uang sendiri.

Selanjutnya masuk Museum Seni. Bayar Rp3 ribu, soalnya Umi bawa KTM. Di sini membosankan. Mungkin karena koleksinya terlalu sedikit, atau mungkin ekspektasi dari kata "Art" yang disandang museum ini kurang menampilkan art itu sendiri dengan maksimal.

Dufan 10.30--20.00.

Kita ke Dufan. Akhirnya kita melangkah ke Dufan sekitar jam 10. Sampe setengah 11. Langsung beli tiket dan masuk. Kita dapet 2 tiket. satu masuk ke dufan, satu lagi pertunjukan jam 18.30. Tapi nggak kita pake tiket itu.


HISTERIA
Wahana pertama yang kita coba adalah HISTERIA. Wih, itu gw, sambil ngantri, tangannya udah mulai dingin. Tapi kali ini pas liat orang-orang mulai tetiba ditarik ke atas dan histeris, udah nggak parno kayak dulu pertama kali ngantri dan nggak jadi maen. Itu naik histeria "wow" banget pemandangan pas sampe atas. Tapi begitu ditarik ke bawah, nyawa berasa masih ketinggalan di atas. Ngeri angker, tapi seru. Kita yang ngantuk banget, jadi nggak ngantuk lagi, malah muka Bayu imuth jadi keliatan ijo pucet gitu. Ternyata dia merem pas ditarik ke bawah. Hahaha.

BIANGLALA
Ini kita cobain setelah naik HISTERIA. Abis itu kita, naik Bianglala. Paling suka sama wahana yang ini. Soalnya, bisa liat pemandangan dari  ketinggian berkali-kali. Gw yakin tapi, si Heru pasti nggak suka sama wahana ini :D

ALAP-ALAP
Wahana ini kita cobain sebelum solat zuhur. Ini sejenis kereta-keretaan atau halilintar versi mini. Meski begitu, Sisil pucat pasi menaikinya. Kalo Umi, ya gitu, mukanya datar-datar aja. Kalo gw, seneng banget naek wahana yang ini. Malah pingin lagi.

KICIR-KICIR

Nama lainnya Power Surge. Kita cobain abis zuhur, sebelum makan siang. Di sini kita diputar 360 derajat. Tapi si Sisil kayaknya menilai wahana ini terlalu biasa aja ;) jadi dia nggak ikutan naik. Cuma gw, Umi, dan Bayu imuth yang nyobain. Tapi sih menurut gw, ini nggak lebih menyeramkan dari HISTERIA. Nyawanya nggak terlalu jauh dilepasnya :D Tapi tapi tapi, si Enduth masak merem naek wahana yang ini.

ISTANA BONEKA

Kita masuk sini untuk cooling down. Tapi pas ngantri, yaampuuuun, panaaaaaas banget. Kepala jadi sakit. Udah gitu ngantrinyaxlamaaaaaaa  banget. Terus masuknya ya cuma bentar. Keluar dari sini, kita makan eskrim dulu.

RUMAH AJAIB
nggak niat-niat amat sih masuk sini. Tapi karena sekalian liwat, ya kita masuk aja. Suasananya ya gitu. Masuk rumah yang miring.


HALILINTAR
Ini dia salah satu wahana yang gw suka. Meski, ya, memacu adrenalin. Terutama di bagian muter ke bawah. Itu berasa nyawa ketinggalan di atas. Tapi karena Cuma beberpa detik, ya, oke aja dicobain. Seru!

TREASURE-LAND
Ini wahana baru. Soalnya tahun lalu pas ke Dufan, ini baru dibangun. Semacam pertunjukan teater gitu dengan efek-efek yang nyata.

Abis cecarian sama tim ini karena pada mencar, kita solat asar.


NIAGARA-GARA
Waktunya basah-basahan, karena udah solat asar. Kita naik perahu yang ditarik ke atas, terus terjun bebas sambil bebasahan. Untuk wahana yang Cuma 1 menit ini, kita nggantrinya setengah jam!

HAPPY FEET
Entah kenapa, Sisil menyebut wahana ini Hepi pet, entah kenapa -___-
Ini semacam pertunjukan 3 dimensi atau apalah, yang kursinya goyang-goyang sendiri. Tapi ya, okelah, daripada nggak diturutin, entar Sisil kebawa-bawa mimpi lagi. :D

Pokoknya ini demi Sisil!

ARUNG JERAM
Wahana ini juga gw suka. Kami nyobain sampe 3 kali, soalnya lagi sepi, jelang magrib. Yang kedua kalinya, kita ngobrol sama seorang cewek.Dia terkejut waktu kita kasih tau kita dari Lampung, baru nyampe tadi pagi, danpulangnya entar malem. Jadi ke Jakarta itu, cuma ke Kota Tua sama Dufan aja.
Sayang, di sini jaketnya Umi ilang
L

Abis solat magrib, kita makan, terus lanjut solat isa. Udah gitu, kita ke Bianglala lagi, untuk yang kedua kalinya, sebagai pamungkas dari main di Dufan. Kita menikmati pemandangan malam yang romantis sebelum pulang. Udah jam 8 malam. Pas kita putuskan untuk pulang, eh ada pengumuman juga, kalo dufannya mu tutup. Jiaaah, pas banget.

Dua wahana yang paling pingin kita cobain : KORA-KORA (gwpingin banget :D ) dan TORNADO (Sisil pingin banget ;) ) nggak bisa kita coba, karena waktunya udah mepet untuk pulang :D
Alhamdulillah....

Terminal Tanjung Priok
Sampe terminal ini jam 9 kurang. Naik angkot. Satu orang bayar 4 ribu. Tapi ketinggalan bus ke Merak yang jam 9. Terus kita naik trasjakarta. Kita nunggu bus di Cempaka Putih. Nggak lama, nemu juga. DariCempaka Putih ke Merak 25 ribu. AC-nya dooong, dingin bangeeet.

Merak-Bakauheni

Sampe merak, kita kelaperan. Em, lebih tepatnya Bayu yangkelaperan. Gw Cuma pura-pura. Jadi kita makan nasi goreng dulu, baru lanjut keBakauheni. Malam itu, anginnya kencang, ombaknya agak tinggi, jadi sekitar 1,5jam kapalnya berhenti. Jadi kita baru sampe di Bakauheni jam 4.30.
Kita stay dulu di Musolla Bakauheni. Abis solat subuh barunaek bus ke Rajabasa. Sekitar jm 8 lewat dikit, Bayu turun di sekitar Korpri. TerusUmi turun di gerbang Unila. Gw dan Sisil turun di Terminal Rajabasa. Gw samperumah sekitar jam 9 kurang. Jadi kalau dipukul rata, perjalanan kita kali ini48 jam, tanpa benar-benar tidur.


HIKMAH LIBURAN
Gw berpikir, liburan kali ini, terutama pas di Dufan,ternyata semakin mengingkatkan kami betapa kuasa sang pencipta. Gw merasa,selama naik beberapa wahana, lebih banyak mengingat Allah, serius!
Jadi gw pikir, ke dufan ini bukan sekadar senang-senang, tapi wisata religi.Coba geh, misalnya, pas ditarik ke bawah di wahana HISTERIA, yang di ucap apa? Kalonggak takbir, istigfar, ya kalimat sahadat, kalo-kalo mati saat itu juga :D
 

Selesai!


Gw yang nulis,
Hisna Cahaya

Sabtu, 03 Agustus 2013

Warung Sego, Pahoman, Bandar Lampung

Ini gegara beberapa hari lalu dapet mandat dari senior untuk booking tempat di Warung Sego,
tapi belum pernah makan di sana. Nggak tau juga tempatnya. Tapi kata senior, tempatnya di Pahoman.
Nah, connect internet ini, jadi lebih gampang nyari tempat itu harusnya. Ditambah lagi, bisa tanya sama supir angkot Pahoman kalau udah dapet alamatnya.






Masjid Almuslimin, Pahoman.
Kemarin udah searching alamatnya, Warung Sego I, Jalan Way Sekampung Nomor 2, Pahoman, Bandar Lampung. Ini letaknya di wilayah belakang Stadion Pahoman, ternyata. Patokannya, dekat Masjid Almuslimin, Pahoman. Di wilayah situ juga ada Indomaret. Nah, sekitar 50 meter dari Indomaret itu letaknya.
Karena kemarin gw udah searching nomor telponnya, tapi nggak dapet juga. Maka di sini sekalian gw kasih tau, kalau ada yang berminat juga booking tempat di sana. Telponnya: (0721) 268489 atau 081369954432.

Tapi pas ke sana, kemarin, nggak semudah menulis ini untuk nyari tempatnya. Supir angkotnya nggak berhasil menemukan alamat yang udah gw sampaikan. Jadilah gw diturunin di jalan utama Jendral Gatot Subroto. Nah, kalo dari jalan utama, kira-kira setengah kilo kalo jalan. Untuk ada warga yang berbaik hati nganterin, walau, ya, gw tau diri juga bayar bensin.

Menu Warung Sego I,
Jalan Way Sekampung Nomor 2, Pahoman, Bandar Lampung.
(0721) 268489 atau 081369954432.






Harga Menu Warung Sego I,
Jalan Way Sekampung Nomor 2, Pahoman, Bandar Lampung,
(0721) 268489 atau 081369954432.

[21 of 1001]

Perempuan yang hampir setiap menit kau dongengkan kata "i love yu" itu
sebenarnya memiliki pemikiran yang sederhana.
Ingatkah ketika ia melontarkan konsep
sekiranya ada pernikahan yang setelah akad, si wanita dan si pria tetap tinggal di rumahnya masing-masing
lalu mereka bebas bertemu di mana pun, meski berdua saja,
karena mereka telah memiliki ikatan yang suci,
maka ia akan lakukan itu.
Bukan seperti sekarang, kau dan perempuan yang hampir setiap menit kau dongengkan kata "i love yu" tak punya ikatan apa-apa, lantas begitu seringnya jalan bersama.

Kau ingat, belakangan, setiap kali kau katakan "i love yu" di telinganya,
ia menggeleng, mengatakan "tidak", lantas tersenyum getir.
Itu senyum ironi dari gelengan dan kata "tidak" yang jujur.
Ia pikir kau memang tidak benar-benar mencintainya, ternyata.
Tidak mencintainya dengan cara yang baik, meski telah ia tawarkan cara yang baik untuk mencintainya: segera menikah!
 Ia juga pastikan, dengan segala kekurangan yang kau punya, orangtuanya akan tetap menerima.
Tidak ada kata "tidak".
Tapi nyatanya, kau malah semakin mengulur waktu.

Kau tau apa arti uluran waktu yang kau lontar itu?
Pertanda kau tak ingin cepat-cepat menyelamatkan nama baiknya saat berjalan di sampingmu.
Begitukah caramu mencintainya?
Benarkah kau begitu menyayanginya?

Dalam pemikiran perempuan itu, ejawantah mencintai dan menyayangi adalah buru-buru menjaga nama baiknya, buru-buru menyelamatkan kehormatan martabatnya. Sederhana.

Perempuan itu sempat berpikir, mengapa tidak bertemu denganmu di Maret tahun depan saja,
mulai jatuh cinta padamu di Maret tahun depan saja,
sehingga tidak apa membiarkan namanya sedikit ternoda ketika kalian jalan bersama,
hingga beberapa bulan kemudian kau datang melamarnya.

Bodohnya perempuan itu. Sungguh!

10.44
4 Agustus 2013

Hisna Cahaya

Takut [20 of 1001]

Jika kamu takut kehilangan, tapi tidak berani mengikat
Kamu akan benar-benar merasakan ketakutan itu

03.28
4 Agustus 2013

Hisna Cahaya

Pasti [19 of 1001]

Aku memutuskan
Sebaiknya kita
Tidak perlu terlalu mesra
Tapi tenang saja
Lamaranmu pada ayahku pasti diterima
Selama pinangan yang lain belum sampai padanya

02.50
4 Agustus 2013

Hisna Cahaya

Bukan Sekadar [18 of 1001]

Perempuan yang ingin kau nikahi
Sesungguhnya bukan hencak cepat-cepat
Bersusah-payah hamil, melahirkan, lantas menyusui anakmu!
Ia hanya menginginkan namanya tetap terjaga dalam ikatan pernikahan
Ketika berdua jalan denganmu
Karena ia menyadari
Menikah bukan sekadar meneruskan keturunan
Tapi untuk saling membahagiakan

Bahagianya sederhana
Saat seseorang menggunjingnya, "Siapa lelaki yang selalu jalan di sampingnya?"
Yang lain menjawab, "itu suaminya."
Tak harap ada yang menimpal, "mereka tak ada hubungan apa-apa."

Sekiranya kau pahami pola pikir perempuan itu, sekiranya.

02.21
4 Agustus 2013

Hisna Cahaya

Ketika [17 of 1001]

Ketika aku terpaksa kehilanganmu
Aku akan menangis sebentar saja
Percayalah! Hanya menangis sebentar saja

02.12
4 Agustus 2013

Hisna Cahaya

[16 of 1001]

Titik-titik di atas kertas
Hanya noda, nir-pola

Ini salah!
Membiarkan titik-titik noda
Makin jauh dari pola

10.04
4 Agustus 2013

Hisna Cahaya

Selasa, 09 Juli 2013

Sayangku, Kita Kotor! [15 of 1001]

Sayangku
Pastilah kamu tahu
Pastilah kamu sadar
Ada hilaf yang bersandar
Pada rona muka kita
Pada canda tawa kita

Sayangku
Ada legam di wajahku
Ada kotoran di katamu
Ada najis di sentuhanku, sentuhanmu

Sayangku
Lihat baju kita
Penuh dengan noda
Nanah, darah, peluh, keluh

Sayangku
Sekarang hujan
Hujan sebulan
Ayo kita basah-basahan
Bersihkan kotoran
Di pakaian, badan, pikiran.

 10.44
10 Juli 2013

Lop Yu
Hisna Cahaya

Minggu, 12 Mei 2013

Rindu Berjumpa [14 of 1001]

sayangku tercinta
aku telah sampaikan pada-Nya
aku rindu perjumpaan kita
segera
pada sebuah suasana mitsaqan gholiza

sayangku tercinta
aku merayu pada-Nya
untuk segera menyatukan kita
dalam naungan cinta
yang penuh berkah dan rahmat-Nya

sayangku
aku telah merayu
aku ingin kamu pun lakukan itu

18.22
12 May 2013

Lop Yu
Hisna Cahaya

Selasa, 23 April 2013

Carilah Rejeki Halal [13 of 1001]

Carilah rejeki yang halal untuk kita
Supaya kita selalu bersama dalam keadaan bahagia
Carilah rejeki yang berkah
Semoga kita diperkenankan menghuni jannah
 
10.45
24042013

 Lop Yu
Hisna  Cahaya

Aku Ingin Seperti Kamu [12 of 1001]

Aku ingin seperti kamu
yang selalu bisa jadi alasanku untuk tersenyum dan tertawa

Aku ingin seperti kamu
yang selalu bisa mencintaiku apa adanya

Aku ingin seperti kamu
yang selalu bisa menatapku dengan penuh sayang dan cinta

Aku ingin seperti kamu
yang selalu bisa sepenuh hati aku cinta

15.10
23042013

Lop Yu
Hisna Cahaya 

Selasa, 02 April 2013

Terima Kasih 2 [11 of 1001]

Terima kasih
untuk terus menemaniku berbahagia hingga detik ini

16.04
02042013

Lop Yu
Hisna Cahaya

Senin, 01 April 2013

Harap [10 of 1001]

aku masih berdoa
untuk kita terus bersama
meski masih belum bisa kuraba
bagaimana kita nantinya
tapi, sayang
aku berharap
selama kita masih bisa
membagi senyum dan tawa sama-sama
aku hanya memberikanmu pengaruh yang baik-baiknya saja
aku
ingin suatu hari kamu
ketika bercerita tentang aku
hanya ingat pengaruh-pengaruh baik dariku
yang terus lekat di dirimu
karena sungguh aku
sepenuh hatiku
sayang padamu
aku ingin yang terbaik untukmu
pengaruh terbaik yang bisa kuupayakan untukmu

01042013
20.16


Lop Yu
Hisna Cahaya

Minggu, 31 Maret 2013

Tidak Lagi [9 of 1001]

aku tidak ingin lagi menangis di hadapanmu
karena aku tahu, kamu pasti sedih saat melihatku begitu

31032013
20.38

Lop Yu
Hisna Cahaya


Di Antara [8 of 1001]

Di antara semuanya
kamu yang paling bisa
pelan-pelan membuatku nyaman

perlahan aku suka
lalu aku percaya
tak terasa aku cinta
tak mau jarak di antara kita

kamu paling bisa
buat kau sebentar getir
sebentar nyengir
lalu ketar-ketir
kamu paling bisa buatku khawatir
khawatir tentang perasaanmu
khawatir tentang kesehatanmu

just don't wanna be apart, beibz

31032013
20.35

Lop Yu
Hisna Cahaya

Senin, 25 Maret 2013

Terima Kasih [7 of 1001]

Aku ingin selalu
mengucap terima kasih padamu
agar aku selalu
sadar betapa baiknya kamu padaku

25032013
17.49

Lop Yu
Hisna Cahaya

Kamis, 21 Maret 2013

Doa [6 of 1001]

Tuhan,
aku bertemu cinta
kumohon,
jodohkan aku dengannya
aamiin

21032012
21.49

Lop Yu
Hisna Cahaya

Rabu, 20 Maret 2013

Suka Kamu [5 of 1001]

matamu terlalu biasa
tak berbinar dan bercahaya
tapi buat aku terpana
berlama-lama menatapnya

wajahmu tak rupawan
sama sekali tak menawan
tapi sungguh aku heran
menatapmu tak pernah bosan

dan aku suka bibir itu
yang selalu mengucap I Love You padaku

21032013
04.29

Lop Yu
Hisna Cahaya

Tersadar [4 of 1001]

aku tersadar
inginku terlalu berlebih
padahal aku sudah cukup kaya
dengan limpahan cinta setiap harinya
dari kamu
yang tak henti-henti katakan "I Love You"

seharusnya itu sudah cukup
jangan menunggu
berharap lebih dari itu
cukup, cukup
itu saja sudah indah
jangan mengharap yang lebih mewah
tahan air mata jangan sampai rebah

20032013
20.12

Lop Yu
Hisna Cahaya

Air Mata Kedua [3 of 1001]

baru sebentar aku
rasakan sensasi getar bahagia
kemudian aku
hatiku begitu luka
tak kuasa menahan tetesan air mata
yang getarnya, sungguh
remuk seluruh hati rasanya

bukan, bukan salahmu, sepertinya
niatmu sungguh mulia
pikiranku saja
bergerak terlalu gila

hanya, saat ini, aku merasa
kau menggadai kebahagiaan kita

maaf, mungkin aku saja
yang terlalu inginkan kita

20032013
20.00

Lop Yu
Hisna Cahaya

First I Love You [2 of 1001]

pertama kali
sepanjang hidupku ini
mengucap kata
pada seorang yang kucinta

ada rasa ngilu yang menjalar
ada lutut yang getar
tatap mata lebih binar
senyum yang selalu lebar
dan sensasi bahagia yang tak kelar-kelar

I Love You
sepenuh hati aku
sungguh cinta padamu

20032013
18.12

Lop Yu
Hisna Cahaya

Selasa, 19 Maret 2013

Setetes Cinta [1 of 1001]



aku jatuh cinta
pada seseorang yang biasa-biasa saja
dia seperti setetes air
hanya setetes yang terus mengalir
di atas segenggam hati
yang keringnya seluas negeri

tak pernah terbayangkan sebelumnya
cinta mampu basahi relung-relung jiwa
yang begitu luasnya
aku tak percaya

tapi dia
terus-menerus melakukan hal yang sama
hanya setetes cinta setiap harinya
dan aku kuyup
dan aku hidup

11.39 PM
20032013

Lop Yu
Hisna Cahaya

Rabu, 06 Maret 2013

I Miss a Thing

Hari-hari yang aneh. Oke, mungkin lebih tepatnya hari ini, 07 Maret 2013. Dengan pekerjaan yang entah apa dan dengan pemikiran yang entah apa. Gw merasa ada yang miss hari ini. Mungkin karena gw nggak mengerjakan apapun pekerjaan gw. Males, tepatnya.

Gw hanya teringat apa yang ditugaskan ke gw, dan sekarang nggak gw kerjain. Gw inget untuk menambah konten statis di web baru. Tapi, bahannya gw nggak pegang. gw nggak ada bahannya dan gw juga males mengupayakannya. Biarin aja ah. Gw lagi males.

Ada perasaan lain juga yang mampir. Perasaan kehilangan juga perasaan kecewa. Entah apa. Hanya hari ini begitu miss, jiwa begitu miss. Mungkin saatnya rekonstruksi. eniwei. Gw ngantuk. Pingin tidur.

Minggu, 03 Maret 2013

Resepsi Pernikahan Harly

Hari ini, Minggu, 3 Maret 2013, Harly nikah. Ya, Harly yang biasa ngumpul bertiga sama kami, gw dan Feri. Lebih dominan di rumah Harly. Feri nggak dateng. Dia baru mulai semesteran di Jogja.

Gw berangkat dari rumah, jam 7 lewat. Hampir setengah 8. Make baju kebaya, desain sendiri dan make up yang nggak biasanya. Tapi tetep natural. Kebaya desain gw, keren banget, meski lehernya belum jadi, hahaha. Beruntung pake jilbab lebar, jadi nggak keliatan juga bagian lehernya.

Ada beberapa hal yang gw ingat dari resepsi tadi. Semacam pelajaran. Terutama soal manajemen selama pesta berlangsung. Ini persiapan untuk pernikahan kakak gw yang rencananya April.

Kutbah nikahnya cukup menarik. NIKAH. Niat, mengikuti sunnah rasul, sesuai perintah Allah. Istiqomah dalam menjalankan bahtera rumah tangga karena nggak selamanya indah dan mudah. Selebihnya, sakinah, mawaddah, mutmainnah, wa rohmah.

Tadi, sepanjang hari cukup "tegambuy" sih. Tapi masih bisa online di hp, juga smsan sama Bayu, seperti biasa, cari hiburan. Sekadar buat senyum-senyum dan ketawa-tawa saling melayangkan gombalan-gombalan. Bayu masih jadi sahabat yang selalu bisa membawa keceriaan.[]



Jumat, 22 Februari 2013

The First Time Tidur di Kursi

Malam ini, 23 Februari 2013, mungkin salah satu yang tak terlupakan. Gw minep di NOC dan tidur di kursi. Dipinjemin sleeping bag baru punya Tomy.

Awalnya nggak ada niat buat minep di BBS. Kemaren sore, kami coba karaokean di ruang pelatihan siakad, sekitar jam setengah enam. Kelarnya jam setengah tujuh. Lanjut solat magrib di Pertanian. Gw cuma males jalan ke depan. Akhirnya mutusin minep di BBS begitu saja. Terus nelpon Jul untuk izin minep.

Gw, Bayu, dan Tomy jalan ke BBS. Ternyata Heru belum pulang. Masih di Wasi'i. Kita pesen makan ke Heru. Terus makan bersama, lalu solat isya bersama. Selebihnya gw nonton AADC di NOC, Bayu nonton X-Factor, Tomy tidur, dan Heru main badminton di Islamic Center.

Terus bayu bergabung dengan Tomy, tidur di ruang bawah. Jadi gw sendirian di NOC. Nggak lama, jam sebelasan, Heru balik. Dia mandi, makan, terus nonton One Piece. Nggak lama gw tidur di kursi. Heru juga tidur di kursi.

Sekitar jam tiga, Bayu ke ruang NOC, minum. Terus tidur di atas meja. Jam setengah empat, Heru yang pindah ke ruang bawah, bergabung tidur dengan Tomy.

Kata Bayu, dia nggak konsen tidur di ruang bawah karena jendelanya kebuka. Khawatir ada yang melotot dari jendela.Mending kalau cantik, katanya. Dia juga ke NOC terpaksa, soalnya kebelet dan sangat haus. Dia nggak mau bangunin Tomy. "Emangnya gw cowok apaan," katanya. Haha..

Minggu, 17 Februari 2013

Ujung-ujungnya Mie Goreng

Sabtu, 16 Februari 2013, adalah hari yang padat buat gw. Pagi, gw ngaji di Wasi'i. Mana gw yang dapet tugas nyampein materinya. Lebih gilanya lagi, materinya tentang "Sakratul Maut". Mati deh.
Gw dapet materi sakratul maut dari bukunya Heru.

Sekitar jam 10, ngaji kelar. Gw sudah punya janji sama Bayu untuk ikut nyengnyong. Gw kira, cuma gw, Bayu, Tomy dan Muis--temennya Bayu. Nggak taunya ada additional team. Ada Icha dan adiknya.
Gw kurang nyaman dengan keadaan itu. Entah kenapa. Mungkin karena materi ngaji gw atau mungkin karena biasanya gw nggak ada saingan. Biasanya gw sendiri ceweknya di team kami. Kali ini ada dua cewek lain. Mungkin.

Sekitar jam setengah tiga, kami sudah pindah ke Pizza. Makan. Ngobrol. Tapi obrolan mereka agak vulgar dan gw malu mendengarnya. Makanya gw telpon Feri, supaya bisa menghindar dari obrolan mereka. Itu aja.

Setengah empat, gw dan Tomy cabut duluan. Gw mau tahsin, sedangkan Tomy sepertinya ada agenda lain. Tapi gw nggak tau, agenda apa.

Setengah enam, udah selesai tahsinnya. Cuma dua orang, gw dan mbak vivi. Dapet ujian juga dari ustadnya. Kami disuruh menjawab lima soal. Eh, ketemu sama ketum Elektro juga. Dia ngajar tahsin tilawah. O, iya, di jalan ketemu Jaka juga.

Selebihnya, jelang magrib nunggu Harly. Boro-boro dateng, telpon ga diangkat, sms ga dibales. akhirnya gw balik, mandi. Ketemuan sama Harly lepas magrib di pasar. Kami naek bis. Itu udah padet banget. Jadinya bediri, berdesakan, diketekin. Hih! Apek banget deh. Tapi minimal gw udah mandi dan pake parfum. Jadi gw bisa menghibur diri dengan wangi badan gw sendiri.

Sekitar 100 meter sebelum tempat turun, kami turun duluan. Memilih jalan, ketimbang nunggu lama di bis, sedangkan lagi macet cet cet banget karena ada perbaikan jalan. Kita ke warung bakso, tempat janjian sama Feri. Eh, Feri lama dateng. Akhirnya pas mau pesen, bakso dan mie ayam udah abis. Huh!

Kita balik. Gw usul beli mie aja, masak di rumah. Feri udah di rumah Harly. Akhirnya kita makan mie goreng betiga. Terus ngobrol, ngalor ngidul. Mulai dari masalah pribadi, kuliah, sampe urusan politik. Seperti biasa, obrolan kami selalu panjang dan gado-gado. Sampe sekitar jam setengah sebelas malem, Feri baru balik. Begitulahkehidupkan gw Sabtu kemaren.[]

Hisna Cahaya






Rabu, 13 Februari 2013

Saat Gw Kebanjiran

Arter Gunung Betung, Lampung
Kemarin malam, 13 Februari 2013, rumah gw kebanjiran. Pertama kalinya air masuk rumah, sejak pertama kali rumah itu kami tinggali. Sejak tengah malam sampai subuh gw nggak benar-benar tidur. Gw sudah packing . Memasukkan baju ke carrier. Nggak lupa bawa sleeping bag. Beruntung, mental gw sudah siap dengan keadaan darurat karena sering nanjak.

Jam Setengah lima pagi, gw cabut dari rumah. Nggak bisa stay di rumah untuk sekadar salat subuh dulu. Soalnya toilet sudah terendam lebih dari sepinggang. Ruang tamu sudah berisi air sebatas lutut.

Gw jalan sendirian. Sudah pamit sama ayah. Soalnya kan pagi gw kerja. Gw nunggu angkot sendirian, sambil berupaya menghubungi Tomy atau Heru. Gw mengarah ke Puskom. Gw pikir, cuma tempat itu yang bisa nerima gw subuh-subuh, dengan lebih baik, ketimbang ke masjid.

Sayangnya Heru atau Tomy susah dihubungi. Beruntung, masih ada Bayu yang setia menemani dengan sms. Soalnya dia abis nonton bola.

Sampai di gerbang depan Unila, keadaan gelap. Gw sendirian. Gw takut. Gw telpon bayu. Tapi baru berapa detik taunya terputus. Ternyata pulsa gw abis. Syukurnya, Bayu telpon balik. Gw suruh bayu keep talking untuk nemenin gw jalan dari gerbang ke Puskom.

Ya, gw nekat. Gw lempar carrier di gerbang dan gw lewat jalan sempit di sebelah kanan gerbang. Gw bilang sama Bayu, gw takut dan perasaan itu beneran. Tapi gw juga sambil berdoa. Berbicara dengan Bayu adalah cara gw untuk mengamankan diri. Minimal kalo ada apa-apa, ada yang tau.

Berikutnya, pas sampe BBS, Puskom, Baik Heru maupun Tomy nggak ada yang respon kedatangan gw. Ternyata mereka belum bangun. Padahal itu udah jam 5 lewat. Jadi gw minta Bayu telpon Heru. Berikutnya, bisa dibayangkan mereka yang agak kaget dengan kedatangan gw subuh-subuh.

Well, gw sempat haru saat mengingat Bayu yang menemani gw ngobrol di jalan karena gw merasa takut. Gw haru mengingat Heru yang mendongeng sebelum gw tidur, sambil dia nyetrika baju. Entah apa yang di dongengin, sampe akhirnya gw bener-bener ngantuk. Sejak malam gw susah tidur. Heru mendongeng dan nyuruh gw tidur dengan cara yang mengena di hati gw. Seperti seorang kakak yang nyuruh adik kecilnya tidur. Lebih haru lagi kalo inget Tomy yang dengan iklas buatin nasi goreng dan susu kopi hangat. Meski, nasi gorengnya nggak sesuai selera gw alias nggak enak menurut gw, tapi gw makan sampe abis. Gw pikir, gw harus abisin nasi gorengnya, harus! Kemarin, gw seperti punya tiga kakak laki-laki.[]

Senin, 04 Februari 2013

Climbing di Argo Guruh




Argo Guruh

Kemarin, Minggu, 03 Februari 2013, gw, Bayu imut, Heru, dan Tomy berkunjung ke rumah Feri, di Tegineneng, Pesawaran. Di rumah Feri kami makan duren banyak sekali. Disediain senampan. Ada rambutan dan cempedak berbuah nangka juga.

Abis makan duren, kita geser ke sungai. Namanya Argo Guruh, Tegineneng, Pesawaran. Sekitar setengah jam kita jalan ke sana. Sungainya banyak batu-batu besar. Jalan ke sana cukup seru dan melelahkan. Kita melewati lapangan bola dan kebun jagung milik penduduk.
Melompat-lompat hingga ke batu yang itu :D

Kata Feri, sungai itu sering dikunjungi muda-mudi. Mulai dari sekadar menikmati keindahan dan kesunyian alam, sampai urusan yang “macem-macem”. Sering ada yang meninggal dalam keadaan tidak “tertutup”.

Baiklah, selain kami, ada Arjun Fatahillah, Presiden BEM Unila periode ini yang ikut kita. Setelah menjejaki tracknya, ternyata cukup bagus buat latihan nanjak. Soalnya, ada turunan dan tanjakan yang lumayan melelahkan. Menurut gw sih, tempat itu cukup bagus juga buat climbing. Gw seneng banget bisa lompat dari batu satu ke batu yang lain.

Kami di tempat itu sekitar satu jam. Makan bakso, tahu goreng, ngobrol dan poto-poto. Gw, seperti biasa, nggak bisa diem, pingin manjat aja kerjaannya. Jadi, kemaren, gw cobain manjat batu-batu yang menjulang tinggi. Seru! Soalnya sungainya lagi banjir.
Heru

Ada dua anak SD yang ikut di rombongan kita. Mereka bantu took many pictures for us. Terus, kita balik sekitar jam setengah lima sore. Kita melewati kebun jangung dan nyasar. Terus tetap ngebelasak di sekitar kebun jagung. Rona-ronanya kayak mau ngegerebek orang. Sampe rumah Feri, kita solat asar.

 Di jalan, kerjaan gw ketawa-tawa karena selalu ada hal lucu yang bisa ditertawakan. Ternyata cape juga jalan kemaren. Apalagi cuaca cukup panas.

Gw, Bayu, dan Tomy balik duluan. Heru sengaja tetap stay, soalnya ada Hajri yang beberapa menit sebelumnya baru datang.

Heru, Arjun, Bayu, Gw, Tomy

Kami bertiga memutuskan mampir ke Mall Millenium. Makan di KFC. Kemudian, salat magrib di musalanya. Selebihnya, gw dijemput abang ipar. Sampe di rumah sekitar setengah delapan malam. Langsung mandi dan solat. Kemudian tidur.[]

Hepi holidei All!
Hisna Cahaya

Rabu, 30 Januari 2013

D' Story about Nanjak, Makan Siang di Puncak Gunung Betung

Pemandangan di sekitar camp Gunung Betung
Segala puji hanya bagi Rabb yang maha tinggi. Setelah Kamis Lalu, gw—dan para sodara-sodara gw yang tampan, manis, dan imut— lari ke pantai, Minggu lalu, 27 Januari 2013, gw kembali mendaki gunung. Kali ini bareng sahabat gw Feri Firdaus dan seorang adik dari FT Rudi Hari Perdana. Kebetulan Feri baru balik dari Jogja dan kebetulan Rudi kepingin banget-banget diajakin nanjak.

Jadilah Satu hari sebelum nanjak, gw ajakin mereka. Sebenernya ngajakin beberapa cewek-cewek. Tapi gw bersyukur banget mereka nggak jadi ikut, setelah gw menjekaki sendiri track-nya. Kalo gw jalannya bareng cewek-cewek pemula, gw pesimistis bakal bisa muncak hari itu.

Gw, Feri, dan Rudi janjiannya jam setengah tujuh di Indomart Jalan Pramuka, Bandar Lampung. Tapi emang dasar ya, kalo jalan sama cowok-cowok lebih banyak ngaretnya. Alhasil, kita baru berangkat dari Pramuka sekitar setengah delapan.

Sambil nunggu mereka, gw sempet makan nasi uduk, beli dua bungkus nasi tanpa lauk, 2 bungkus kerupuk, dan tilawah (gaya..). Gw cuma beli nasi sama kerupuk, soalnya di rumah makan yang di samping Indomart, belum ada lauk yang mateng. Lebih tepatnya, lauk yang gw inginkan belum mateng, haha.

Pertama, Rudi yang dateng. Nggak lama, Feri tiba. Kita sokongan dulu Rp30 ribu buat beli makanan dan obat-obatan. Gw beli sosis dua bungkus untuk lauk makan. Agak anarki, memang. Soalnya gw nggak terlalu laper dan nggak niat-niat amat untuk makan siang.

Eniwei, gw sudah lebih dulu sms-an sama Nur—yang waktu itu turun bareng dari Gunung Betung. Ternyata dia sudah di Betung satu malam. Kebetulan. Dia bilang, ada seniornya yang Minggu pagi mau nanjak juga. Katanya, bisa diajakin muncak. Hore! Kebetulan yang sangat membahagiakan buat gw. Gw juga janjian sama Nur untuk turun bareng. Gw emang nggak niat nge-camp di Gunung Betung. Minggu uy, Senin kerja (soknya karyawan bertanggung jawab).

Kita sampe gapura Gunung Betung Sekitar jam delapan. Jalan sama mereka cukup cepet, meski mereka pemula. Maklumlah ya, stamina cewek sama cowok emang beda. Jam sepuluh, gw udah bisa ngobrol sama Nur di camp.

Ada tiga orang cowok yang baru bangun tidur dan baru keluar dari tenda, yang kami tunggu. Mas Wahyu, Eko, dan Eben. Mereka bertiga mau muncak

Jam sebelas ahirnya kami meninggalkan wilayah camp. Satu jam menunggu mereka bebenah dan cuci muka sudah membuat kami menghasilkan banyak karya. Foto tentu saja.

Mereka bertiga pada pake celana pendek, kaos, jaket, dan bawa botol air minum aja. Eko bawa golok. Sementara kami, pada pake tas dengan logistik di punggung.

Menuju pos 2, waktu di lintasan sungai, kami mau foto-foto. Tapi kamera jatuh ke aliran sungai. Seketika suasana jadi suram. Bukankah hal paling penting dari jalan-jalan adalah foto-foto? Hahaha… Tapi kami cukup nyantai, yang penting agenda muncak tetep jadi.

Sebelum muncak, ngobrol dulu bareng additional team, sambil makan duren bawaan Feri. Kata Mas Wahyu, di tempat jatoh kamera itu, sering ada yang celaka dan meregang nyawa.

Kemudian, kami mulai agenda muncak. Waktu liat track-nya, sempet jiper juga. Tapi gw yakin, gw sanggup sampe ke puncak. Apalagi tiga orang yang bergabung dengan kami adalah orang-orang yang pro di bidang nanjak. Nggak salah deh. Feri dan Rudi, meski pertama kali muncak, pasti akan tetap menjaga harga diri di hadapan gw. Mereka berdua nggak mungkin nyerah di tengah jalan, meski Feri sempet bilang, “udahlah sampe sini aja, dapet apa di puncak kalau pemandangannya nggak keliatan?” Kurang lebih gitu. Dan, sumpah, gw kesel banget denger kalimat itu. Come on, Man! Muncak itu bukan sekadar soal pemandangan bagus atau enggak! Muncak itu new experience, Muncak itu juga bagian dari harga diri (buat gw, haha). Tau-tau sampe di puncak, buat gw, bukti kalau kita menikmati perjalanan.

Gw tuh kesel banget di perjalanan muncak itu dengan pertanyaan “puncaknya di mana?” “masih lama nggak?” Come on, Man! Nikmati aja saat-saat kita harus manjat dan berpegang dengan akar-akar ketika mendapati jalan setapak yang curam dan licin. Nikmatin aja saat kita kelelahan, haus, detak jantung lebih cepat, berupaya menghindari gigitan pacet. Nikmatin aja! Justru di situ poin spesial dari nanjak. Kalau mau yang nyaman, tidur aja di rumah.

But, eniwei, kita sampe puncak Gunung Betung sekitar setengah satu siang. Nggak sampe 5 menit, kita melipir ke makam tua, melipir turun beberapa ratus meter. Ada tiga makam tua. Ternyata makan yang diceritakan mas Wahyu, benar ada. Salah satunya, yang ukurannya lebih besar, ada sisa sajen. Terus di atasnya ada bekas pohon tumbang.

 

Makan siang di Puncak Betung

Kita makan siang di sekitar situ. Dua bungkus nasi, dua bungkus kerupuk, dan dua bungkus sosis untuk makan enam orang. Sumpah, makan siang hari itu menarik banget buat gw. Kami berasa sodara. Haha.

Eko dan Eben sempet buat api untuk mengusir pacet yang bak cendawan di musim hujan, banyaaaaaak banget. Rudi masih selalu berisik dengan banyaknya pacet yang nempel di kakinya. Serius deh, Rudi yang paling berisik di sepanjang perjalanan muncak kami. Sementara Mas Wahyu, Eko, dan Eben, nyantai banget. Keren deh mereka.

Ada tiga makam tua di sekitar Puncak Betung

Selesai makan siang, duduk ngobrol bentar, sambil bakar sampah. Kami turun sekitar setengah dua siang. Beruntung, hari itu cuaca cukup cerah. Minimal nggak ujan, walau langit kadang terlihat mendung. Kita sampe di camp jam 3 kurang. Terus turun sekitar jam 4.

Gw mulai merasakan cidera di lutut kiri ketika perjalanan turun. Nggak lama, hal yang sama terasa di lutut sebelah kanan. Jadilah gw berjalan begitu lambat. Rasa-rasa kedua lutut mau copot, sebenernya. Tapi, gw nggak mau ngerepotin tim. Gw terus jalan, kadang berhenti sebentar. Tapi gw terus jalan. Sampe masjid yang di pinggir jalan sekitar jam setengah enam. Gw sampe rumah hampir jam 7 malam.

Gw sangat berterima kasih dengan Feri dan Rudi, sudah mau nemenin gw muncak. Gw juga sangat berterima kasih kepada Nur yang telah mengenalkan kami dengan mas Wahyu, Eko, dan Eben. Gw salut dengan sikap mereka bertiga. Nyantai, tapi tidak mungkin meninggalkan teman seperjalanan. Itulah mereka saat muncak kemarin. Dan  gw, pingin bisa bersikap seperti mereka, nyantai, tenang, riang, dan tidak meninggalkan teman di perjalanan, apalagi memilih jalan duluan.[]

Happy Nanjak, all!


Natar, 30012013
9.22 PM

Hisna Cahaya

Jumat, 25 Januari 2013

Kembali ke Pantai Klara


Kamis pagi (24/1/2013), kami –Gw, Bayu Imut, Heru, dan Tomy— yang biasanya jalan ke gunung, atau nonton di 21, atau tes vocal, kali ini bertolak ke pantai. Tujuannya ke Pantai Klara, di sekitaran Hanura.

Kami jalan bareng keluarga besar Bayu. Ada ibu, bapak, dan adiknya Bayu. Juga seorang keponakan Bayu yang kata Bayu dari nemu. Hahai.

Bahkan, kami dijelmput sama keluarganya Bayu. Gw agak nggak enak pas liat, yang jemput gw, sekeluarganya Bayu, bukan Bayu sendiri. Tapi, ya udah lah ya, nggak usah sok basa-basi busuk juga, gw. Tetep seneng dan cuek-cuek aja juga. Hahai.

Keluarganya Bayu asik Banget. Gaul. Mereka juga keliatan banget, deket satu sama lain. Hal itu terlihat dari pola komunikasi mereka. Terutama Bayu dan ibunya. Dan, gw juga menangkap betapa bapaknya Bayu begitu sayang dan protektif dengan anak-anaknya.

Tadinya, rencana kami mandi di pantai dan snorkeling-snorkelingan, nggak jadi. Soalnya cuaca pagi terlihat mendung berawan, awanabiwityu, maksutnya :D. Tapi kemudian berangsung cerah. Jadi nih, jadi.

Sekitar jam 10, kami nyampe di Klara. Langsung deh pada lari ke pantai, eh maksudnya pada menyusuri bibir pantai, lalu nyebur, sekitar 20-30 meter dari pinggir pantai. Pada bawa pancing, termasuk gw.

Pas gw mancing, nggak lama langsung dapet ikan. Selesai deh. Cuma tes doang, gayaan. Abis itu pancing beralih ke adiknya Bayu. Gw cuma berenang-berenang nggak jelas. Melihat keindahan bawah laut. Yang lain masih pada mancing, termasuk ibundanya Bayu, Heru, dan Tomy.

Nah, si Bayu tuh lebih banyak berendem, diem. Kalo udah gitu, gw mulai curiga dan menjauh darinya. Bahkan ikan pun menjauh dari Bayu kalo dia udah diem-diem gitu. Yu now lah, wat ai min.

Tapi sih Bayu bilang, air laut tuh asin karena air kencing ikan. Ditambah lagi ikan-ikan yang keringetan. Dan gw percaya-percaya aja. Yah, udah lah ya. Jalan-jalan gratis ini. Di-iya-in aja. Hahai..

Sekitar setengah dua belas siang, kita mulai beranjak ke bibir pantai. Terus Tomy manjat pohon yang di samping pondok tempat kita istirahat. Gw sebagai seorang yang mulai suka manjat, jadi pingin manjat juga dong. Akhirnya kita berdua nangring di atas pohon dan dipoto-potoin sama orang-orang yang di bawah (padahal maksa minta potoin).

Udah cukup lama nangkring di atas pohon, kita turun. Nah, gw kepeleset dikit gara-hara sok-sok-an turunnya jalan biasa, kayak cuma meniti jalan sempit. Gara-gara itu, punggung gw agak sakit dikit. Tapi nggak terlalu lama sih, rasa sakitnya. Terus kita makan siang, ramean. Ramean sama kucing juga.

Gw nggak bawa baju salin. Kata ibunya Bayu, itu yang namanya nekat. Jadi baju yang gw pake kering di badan. Beruntungnya, cuaca siang itu cerah-panas. Jadilah, bukan sekadar baju gw yang kering agak lembab, tapi kulit gw juga lima tingkat lebih gelap.

Abis makan, kita solat rapelan, terus menyusuri pantai, sambil foto-foto, makan es krim, beli es doger, dan foto-foto lagi, foto-foto lagi. Gw ketemu seorang balita yang lucu banget mukanya. Kanyak unyil dan pak ogah, pipinya. Rasa-rasa pinging cubit. Tapi ahirnya, gw cium aja. Terus poto bareng.

Di Klara ketemu dengan dua anak teknik yang dulu sering ketemu di Puskom, Desi dan Tinus. Gw ngobrol sama Desi, Tomy ngobrol sama Tinus. Cukup lama. Bingung gimana mengakhirinya. Gw sih mikirnya, nggak enak aja sama keluarganya Bayu yang nungguin kita.

Pas balik, nggak taunya si Heru yang ilang. Dia mandi dan genti pakean. Jadi cuma dia yang penampilannya oke-rapi di antara kami.

Dari Klara, kami menuju Robinson. Sudah ada wacana untuk tes vocal di Lyric. Ya, dengan penampilan itu, nggak ganti baju abis berenang di pantai. Udah gitu, ternyata ada Hanang di BBS, jadi kita ajakin gabung. Jadilah gw, Bayu imut, Heru, Hanang, dan Tomy terjebak di sebuah ruang kecil di Robinson. Gw lebih banyak ketawanya liat gaya mereka yang—seperti biasa—lucu-lucu, aneh, “gila” kalo lagi nyanyi.

Dua jam kita di ruang 21. Pas ke luar, taunya hujan deras. Untung aja mikrolet ke Natar sekarang stay-nya di depan Robinson. Jadi hujan bisa diterabas dengan mudah.

Begitulah kisah perjalanan kemarin. Rencana Sabtu-Minggu besok, nanjak ke Gunung Dempo, kita urungkan dulu. Masih ada lain kali. Lain kali.



Hepi Liburan, all!

Hisna Cahaya

D' Story about Nanjak Gunung Minggu


Alhamdulillah. Segala puji hanya bagi Rabb semesta alam atas kesempatan yang diberikan pada kami –gw, Bayu imut, Tomy, dan Heru— untuk kembali buat cerita tentang nanjak.

Jadi lebih seneng lagi buat cerita perjalanan Minggu lalu (20/1/2013) karena banyak juga yang kena “racun” nanjak. Beberapa teman sudah mulai tanya-tanya soal nanjak, bahkan pingin banget bisa diajakin untuk pendakian  selanjutnya (gaya..).

Well. Minggu pagi, kami bersepakat kumpul di Terminal Rajabasa, jam 7 pagi. Gw nggak nyangka, Bayu yang minta keringanan telat setengah jam, malah sudah “tegambuy” di terminal. Wkwkwkwkwk….

Gw agak nggak enak sama Bayu (boong dink) soalnya empat cewek kece yang gw janjikan ikut perjalanan kami, malah nggak ada satu pun yang ikut. Sebenernya cuma tiga cewek kece. Soalnya gw nggak terhitung, bukan hanya sebagai cewek kece, bahkan sebagai cewek pun gw tidak dihitung. Hahai..

Kita masih memberikan kesempatan bagi Sisil untuk ikut. Dia baru bangun tidur. Padahal itu udah setengah lapan pagi. Ditambah lagi, bangun siang di hari kelahiran? Waw banget ya Sisil (niat penyecemaran nama yang nggak baek :D)

Kita ngumpulin duit dan belanja logistik di Alfamart Rajabasa. Abis sekitar 150 ribu. Padahal Cuma untuk empat orang. Emang anarki banget itu. Ditambah lagi sarapan sebelum berangkat. Kayanya persiapan logistik lebih lebay daripada para tentara mau perang.

Eniwei, harapan jalan sama Sisil pupus di tengah jalan. Em.. gw ulang, harapan jalan sama Sisil pupus di pinggir jalan, kalo di tengah entar di tabrak kendaraan. Sisil memilih melanjutkan tidur dari pada jalan sama kita. Ya udah, jam 9 kita bertolak dari Terminal Rajabasa menuju Hanura. Naik mobil Damri. Ongkosnya lima ribu per orang.

Satu jam kemudian kita sudah sampai di gang, menuju Youth Camp, Taman Hutan Rakyat (Tahura) Wan Abdul Rachman, Hanura. Kita jalan menuju gerbang Youth Camp. Terus tracking ke air terjun ketujuh. Soalnya, di loket nggak ada  petugasnya.

Sekitar satu setengah jam kita sudah sampai di Air Terjun Curup Kuda. Itu yang paling tinggi. Ada beberapa anak SMP yang lagi mandi di sana, bersama senior dan gurunya juga. Ada rombongan anak sekolah dari Natar, yang nyampe Youth Camp bareng kita.

Waktu sampe di lokasi itu, gw terdiam cukup lama. Tomy berusaha mencari jalan darat untuk bisa naik ke atas tanpa melewati track yang di air terjun.

Air terjunnya tinggi banget. Tapi ada beberapa cowok yang climbing di situ dan berhasil sampe atas. Gw belum liat sih, ada cewek yang berani nyoba. Tapi semakin gw perhatikan air terjun itu, gw semakin yakin kalo gw bisa naik sampe ke atas, meski gw pake rok. Maka gw naik!

Waktu gw climbing, gw cuma yakin batu yang gw pegang dan gw pijak cukup kuat untuk menahan beban gw. Gw juga yakin tangan gw cukup kuat menahan berat badan gw yang mungkin hanya sepertiga beratnya Bayu :D

Meski ada akar-akar yang agak rapuh yang gw pegang, gw juga yakin kalo akar-akar itu cukup kuat menahan berat badan gw, barang 1—2 detik. Dan gw berhasil sampai di pertengahan air terjun. Tangan gw agak bergetar sedikit, waktu gw berdiri di situ. Gw sendirian. Gw cewek dan gw sendirian berpijak di situ.

Gw kembali melihat ke atas. Ada sekitar tiga cowok yang berhasil naik ke atas. Gw perhatikan track mereka. Gw coba. Agak ekstrim sih track itu, apalagi gw pake rok. Tapi, gw berhasil sampe yang paling atas. Alhamdulillah. Gw aja ngerasa keren banget, gw bisa sampe atas lewat track yang begitu. Nggak lama, Tomy muncul dari track yang berlainan. Kemudian, Tomy turun lagi ke bawah. Gw sendirian menikmati ketinggian. Gw liat Heru dan Bayu di bawah.

Beberapa menit kemudian Heru menyusul. Lewat sebelah kanan air terjun. Selanjutnya, Tomy dan Bayu datang. Lewat track yang dilewati Heru. Jadi, kami berempat berhasil berpijak di puncak Air Terjun Curup Kuda, Gunung Minggu, Hanura.

Sudah ngumpul gitu, selebihnya kita makan, ngobrol, foto-foto, terus balik dengan jalur yang berbeda. Biar nambah pengetahuan tentang track di situ aja. Seru deh.

Kita ketemu beberapa pendaki lain sih. Say “hai..” dan ngobrol-ngobrol. Mereka yang ngobrol, bukan gw. Haha..

O ya, sebelum pulang, saat mereka lagi pada solat, gw bayar uang masuk Youth Camp. Sebenarnya biaya masuk 3 ribu per orang. Tapi tiketnya belum ada. Jadi masih pake harga lama, dua ribu lima ratus dan tanpa bukti pembayaran.

For Your Information, kalo mau ke Youth Camp naik Damri, jangan pulang lewat dari jam 3 sore. Soalnya, Damri yang lewat sana cuma ada 3. Bolak-balik sehari cuma 3 kali. Dari Terminal Rajabasa, adanya 6.15, 7.30,  dan jam 11 siang. Dari Hahura, bus terakhir lewat jam 4 sore. Tapi kalau nggak ada penumpang dari Pasar Hanura, ya busnya nggak jalan. Sekian.

Happy Nanjak All :D

NOC, 22 Januari 2013
5.42 PM


Hisna Cahaya

Tentang Kamu 2

Hanya Rindu

Aku kira, tidak akan ada tulisan tentang ini.
Tentang rindu bagai guyur hujan yang luruh beriringan
Pada Kamu yang jauh tak terjangkau mataku

Aku kira, setidaknya untuk waktu yang lama
Tidak ada kata rindu yang bisa Kamu baca
Dariku yang menulis Kamu, selalu

Tapi baiklah, kali ini aku menyerah
Tidak bisa tidak, kata rindu harus merebak
Bertebaran, bagai debu jalanan terguyur hujan
Basah, seperti bunga taman yang baru rekah



Natar, 25 Januari 2013
08.30 PM

Takdir Kamu,
Hisna Cahaya

Tentang Kamu 1

Bertemu Kamu Pemilik Rindu


Hari ini aku terburu
Takjub dengan antrian di hadapanku
Seperti tak ada celah bagiku
Untuk turut berdiri di situ

Lalu tetiba
Mataku terpana
Jantung berdetak lebih cepat dari biasanya
Dan tanganku, bergetar entah mengapa
Benar, aku bahagia
Tapi sepertinya
Kamu lebih menangkap pucat pada rona

Ah,
Bisa-bisanya aku
Mengenali Kamu
Di keramaian tuan-puan itu
Bisa-bisanya aku
Menyadari keberadaan Kamu
Hanya dari perawakan punggungmu
Apakah sebegitu hebatnya aku?
Mengenali takdirku
Kamu, diriku


Diriku, Kamu masih sama
Tatapan itu masih sama
Masih seperti yang selalu ada
Terekam jelas di tempurung kepala

Menghampiri dan menyapamu
Adalah kebahagiaan bagiku
Melihat kekagetan di wajahmu
Adalah hal lain yang membuatku berpikir, ini lucu
Mengembang senyum kaku
Kita bicara tergugu

Saat kita membuka kata
Ada sergap bahagia, lingkup kecewa
Yang meningkari ruang di jiwa

Ini takdir kita
Berjumpa, tanpa ada bicara sebelumnya
Mungkin janji kita
Sudah terukir indah sebelumnya
pada kitab kala yang kering pena
Hanya, mengapa
Tatap yang bersahaja
Tak kulihat lebih lama

Selalu aku
Membalikkan badanku
Menatap langkahmu
Menjauh dariku
Selalu Kamu
Menangkap tatapku
Menghantar Kamu
Menghilang dari pandanganku

Kamu, hanya
Yang tak ragu aku pinta
Dari Pemilik Jiwa

Aku ingin dicipta
Dari rusukmu, hanya
Meski sekadar remah cipta
Cukup Kamu saja

Natar, 29 Desember 2012
07.52 PM

Aku memilih Kamu sebagai inspirasiku,
Hisna Cahaya

Sabtu, 19 Januari 2013

Anak Medan yang Dua Malam Nggak Makan


Ini tentang anak Medan yang beberapa kali minep di rumah. Cowok. Baru lulus SMA. Beberapa hari lalu ikut tes penerimaan TNI. Tidak lolos. Kemaren siang pulang ke Medan.

Kami memperlakukan dia dengan baik. Kami berinteraksi  seperti keluarga yang lama nggak ketemu. Emak gw bahkan masakin dia makanan untuk buka puasa. Dia selalu makan dengan lahap, di rumah gw. Kakak gw bantu ngurusin pendaftarannya. Pokoknya kami nggak nganggep orang lain deh.

Tapi dua malam lalu, emak gw cerita yang membuat gw sedih sekaligus marah. Dia kost di rumah sebuah keluarga yang jauh. Abang, tunangan kakak gw, sudah ngasih uang 300 ribu ke yang punya rumah, untuk keperluan anak itu. Tapi satu malam sebelum tes, dia telpon kakak gw, bilang laper.

Satu malam, setelah dia tes tulis siangnya, dia telpon kakak gw, bilang laper lagi. Ternyata dari malam sebelumnya sampe malam setelah dia tes, dia belum makan sama sekali. Dan, nggak ada seorang pun di kost-an dia—yang notabene rumah sebuah keluarga— yang aware tentang hal itu.

Nggak ada tah yang sekadar basa-basi nanya, “Kamu udah makan belum?”.

Astagfirullahal’azim. Parah bener!

Tempat kostnya dia memang cukup jauh dari peradaban kota. Jauh dari warung makan atau tempat jualanan apapun.

Sekiranya tempat tesnya nggak terlalu jauh dari rumah gw, mending sehari-hari sampe hari tes, tinggal di rumah gw aja. Nggak bakal di sia-siain. Nggak bakal dicuekin. Nggak bakal kepaleran, pasti!

Tapi sebenernya gw marah juga sama dia. Kenapa dia sebodoh itu? Apa dia terlalu lugu? Kenapa nggak bilang dengan orang di sekelilingnya kalau dia laper. Padahal, kata emak gw, yang nganter dia tes tulis itu, seorang anak SMA, anak empunya rumah. Mereka kan sebaya, kenapa nggak ada obrolan “Saya laper, tolong sih anter cari makan dulu”. Kenapa???? Dasar Bodoh!

Gw pikir, anak itu perlu ditatar keperibadiannya, untuk sekedar speak up. Sekiranya dia supel bergaul dengan orang di sekitarnya, alangkah mudahnya cari makan, sebenernya. Sekiranya dia sedikit lebih cerdas berpikir, dia nggak mungkin kesasar, di tempat manapun, yang masih asing buat dia. Dia bisa sendirian ke mana-mana. Anak laki loh! Hey, punya mulut kan? Bisa nanya loh! Emak gw sampe ngelus dada cerita hal itu.

Gw bilang sama emak gw, jangan khawatir sama kami, anak-anaknya. Kami semua nggak ada yang sebodoh itu membawa diri. Kami nggak mungkin kelaperan sendirian di tengah keramaian yang asing sekali pun. Gw pastikan hal itu ke emak gw.[]

Natar 20 Januari 2013
6.14 AM

Belajar Perbaiki Diri

Well, kalau ada yang membuat aku termotivasi untuk selalu lebih baik, itu Kamu. Kalau ada yang membuat aku termotivasi untuk terus belajar meski belum lanjut studi, itu Feri, best friend aku. Dan aku, beruntung banget punya kalian berdua di sekeliling aku.

Natar, 20 Januari 2013
5.48 AM

Rabu, 16 Januari 2013

Ramah yang Remeh


Pelajaran hidup gw hari ini, Rabu, 16 Januari 2013 adalah keramahtamahan.  Tadi gw ikut acara peluncuran buku. Ada seorang ibu sebagai petugas registrasi. Dia cukup ramah menanggapi seorang dosen senior. Pas giliran gw ke meja registrasi, malah dicuekin, nggak ada senyum, dan pertanyaan tidak ditanggapi. Oke, fine.

Gw cuma mikir, ih, gitu ya. Ramahnya milih-milih. Gw juga ngasih tau diri gw sendiri untuk tidak mencontoh hal itu. Mungkin buat sebagian orang yang begitu, tidak perlu bersikap ramah pada yang--menurutnya-- remeh, kali ya.

Tapi gw pikir, menjadi pribadi yang ramah ke siapa saja akan mencerminkan level diri kita sejatinya berada di mana. Cukup tau aja. Selain itu, mudah meremehkan orang lain adalah cermin rendahnya level attitude yang dimiliki. Menurut gw sih.

Waktu di dalam ruangan, gw menegur seorang dosen. Eh, di tegur balik, “Eh, Ca. Baru aja saya mau telpon kamu ...”. Gw jadi mikir, ih, bapak ini memanusiakan gw banget sih. Udah gitu gw boleh ikut milih buku. Padahal itu buat dosen.

Waktu nyerahin daftar buku yang gw mau, ada dosen satu lagi yang gw nggak nyangka kenal sama gw. Seinget gw, kayaknya nggak pernah ngobrol sama bapak yang ini. “Bentar ya, Ca,” katanya, dengan begitu ramah. Gw langsung mengiyakan dengan ekspresi ceria. Dalam benak gw, gw harus mencontoh sikap ramah mereka berdua. Harus![]

NOC, 3.34 PM

Selasa, 15 Januari 2013

Pingin Bilang, Tapi Nggak Enaaaak!

“Heh, elu abis ngemil bangke ya, napas loe bau banget!” (ekspresi becanda)

“Hih, elu abis guling-guling di TPA ya. Gilak! Loe bau banget. Mau pingsan gw!” (ekspresi becanda)

“Sebenernya aku pingin ngasi tau kamu, napas kamu tuh bau banget tau nggak sih! Sikat gigi sanah!” (ekspresi mellow nggak jelas)

“Aku maklum deh kalau tiap orang punya aroma yang berbeda, tapi bisa kan disiasati dengan sering mandi atau pake parfum, gitu?”. (ekspresi sok peduli)

----
Oke, itu kalimat-kalimat yang terpikir di otak gw kalau gw ketemu sama orang yang bau mulutnya “oye” banget atau bau badannya “asoy geboy” luar biasa.

Tapi, apa pernah gw ngomong begitu, meski ke sahabat sendiri, misalnya? Nggak pernah!

Gw nggak enak mau ngomongnya, sumpah!. Akhirnya, diem-diem aja dan menabahkan diri atas cobaan hidup dari seorang teman yang nggak nyadar diri. Padahal, sebenarnya, dengan diam, gw sedang membiarkan teman gw, sahabat gw, orang yang lagi sebelahan sama gw, hidup dalam penderitaan berkepanjangan (lebay). Ah, betapa jahatnya gw!

Well, beib. Gw paling nggak suka dengan bau mulut dan bau badan, meski pada saat puasa sekali pun!

Sebenarnya, bau mulut itu bisa dihindari, meski loe puasa dari subuh sampe magrib. Bau mulut juga bisa dihilangkan meski tiap hari elo makan jengkol sama pete’. Itu kan soal membersihkan gigi dan lidah dengan baik. Biasain deh, bersiin juga lidah. Jangan cuma gigi yang disikat.

Begitu juga soal bau badan! Bisa lah diselesaikan. Jaman sekarang gitu loh! Parfum rame, deodorant berseliweran. Mulai yang bentuk roll on, lotion, sampe yang semprot aja ada. Itu tinggal usaha si person aja untuk menyamankan diri sendiri dan menyamankan orang lain. Iya, kan?

Serius deh, kalo loe bau mulut dan bau badan yang lebay banget, itu yang malu diri elo sendiri, kok! Dan, maap banget yah, gw nggak bakal ngingetin elo secara verbal maupun kode dengan ngasih elo parfum, deodorant, maupun obat kumur. Bukannya apa-apa, gw nggak enaaaaak, serius! Mending loe nyadar diri aja, gimana?

Natar, 15012013
9.17 PM

Menekan Keegoisan, Kapan?

Sore ini, 15 Januari 2013, ketika gw di angkot, mau pulang, gw inget kalimat yang sering Hanang bilang sewaktu nanjak di Gunung Betung (Makasih, Nang. Telah menginspirasi tulisan ini).

Eniwei, entah kenapa gw sering terpikir tulisan, justru pas di angkot. Canggih bener ini!

Hanang –kurang lebih— bilang “Naik gunung itu melatih keegoisan”. Mungkin lebih tepatnya, naik gunung sejatinya melatih seseorang untuk menekan keegoisannya.

Saat nanjak, kita melatih diri untuk peduli dengan anggota team. Ikut berhenti dan nungguin anggota tim yang kecapean, misalnya, padahal kita baik-baik aja. Mendengarkan keluhan anggota tim yang mulai putus asa di  track nanjak dan berusaha memotivasi, padahal kita masih semangat dan fisik dalam keadaan baik-baik saja. Berjalan lebih lambat dari biasanya untuk menyesuaikan dengan anggota tim lainnya, padahal kita pingin banget cepet nyampe puncak dan yakin sanggup! Itu mungkin berbagai contoh dari menekan keegoisan saat nanjak.

Gw tipe yang emosian. Gw yakin Hanang juga begitu. Tapi waktu nanjak kemarin, kami begitu mudah menekan keegoisan. Kenapa? Gw pikir, ini sederhana. Karena kami semua, satu tim, berada di kondisi yang sama. Sama-sama lagi nanjak. Lebih mudah, gw pikir, peduli sama orang disituasi yang sedang sama.

Menurut gw, aplikasi sebenarnya dari “menekan keegoisan” itu bukan pada saat nanjak. Tapi pasca-nanjak. Saat kita menghadapi masyarakat, saat kita berada di tempat kerja, saat kita berinteraksi dengan rekan-rekan di sekitar kita.

Kalau kita belum bisa mendengarkan pendapat orang dengan baik, kalau kita masih mudah menyalahkan orang lain atas pemikirannya yang tidak sejalan dengan diri kita, kalau kita dikit-dikit tersinggung, berarti pelajaran “menekan keegoisan” saat nanjak itu belum teraplikasi dengan baik, kan?

Sebenarnya, kata gw, ini nggak beda jauh dengan proses mentarbiyah diri saat Ramadan. Kenapa mudah puasa, mudah tarawih, dan mudah melakukan hal-hal yang baik saat Ramadan? Karena kita semua berada pada kondisi yang sama, sedang berpuasa. Terlebih itu kewajiban orang yang beriman. Mau nggak mau.

Tapi, keberhasilan tarbiyah saat Ramadan itu justru pasca-Ramadan, kan?

Well, sepertinya gw harus lebih sering lagi nanjak. :D



Natar, 8.20 PM