Entah kenapa, hari ini bosan. Mungkin karena nggak ada liputan.
Sudah disiasati dengan liat video-video, belajar bahasa inggris juga, tapi
kebosanan belum juga hilang.
Yah, minimal, ada belajarnya juga dikit, meski di tengah kebosanan begini.
Terus di sms sama Meta. Ditanyain tentang pernikahan, selalu.
Dan masih belum bisa jawab kapan, kecuali tahun depan.
Belum jelas sih kapannya.
Tapi semoga semuanya yang terbaik.
Senin, 02 September 2013
Penghasilan Kita [22 of 1001]
Oh, aku ingat
Kemarin kamu bilang penghasilan aku lebih besar daripada kamu
Sepertinya tidak begitu
Penghasilan kamu jauh lebih besar, sebenarnya
Dan seperti kamu bilang
Kita tidak perlu meributkan itu
Kemarin kamu bilang penghasilan aku lebih besar daripada kamu
Sepertinya tidak begitu
Penghasilan kamu jauh lebih besar, sebenarnya
Dan seperti kamu bilang
Kita tidak perlu meributkan itu
Dia Bilang Pengin Naik Sepeda sama Ibunya
Pagi ini (26/8/2013), duduk-duduk di halte depan GSG Unila sambil
baca koran. Niatnya mau liputan acara propti di GSG--yang ternyata cuma
gladi.
Sambil baca koran, disapa sama satpam yang lagi ngatur lalu lintas.
Nggak lama dia duduk di halte juga, istirahat.
Kenal dong sama Angger--tapi kok nama di bajunya "Hadi" ya?
Dia buka suara.
"Pinggang saya keseleo ini"
"Kenapa?" Saya jadi basa-basi juga menanggapi, soalnya kan kenal.
"Abis gendong ibu saya, dari kamar ke toilet, dari toilet ke kamar. Gitu terus selama 5 tahun."
Dari kalimat terakhir, saya mulai tertarik dengan pembicaraan ini.
"Emang ibunya kenapa?"
"Ibu saya sakit. Tumor otak. Keren ya penyakitnya. Kalo orang tua sakit gitu, kelakuannya jadi kayak anak kecil. Masak Ibu saya pernah bilang, "umi mau tidur, pingin ngimpi naik sepeda, kan dengernya gimana gitu."
Berikutnya dia cerita, pas dapet gaji 13 dia beli sepeda.
Angger bilang, tumor ibunya sudah sekitar 75 % dari besar kepalanya.
Pernah ibunya dirawat 1 bulan di RSAM.
Dia bilang, udah cari informasi berobat kemana-mana. Termasuk dia pakai smartphone bukan untuk bermain di jejaring sosial, tapi untuk cari informasi pengobatan ibunya.
Saya jadi ingat dengan Prof. Warsito. Saya ceritakan ke Angger kalau Prof. Warsito menciptakan alat untuk menghancurkan sel kanker. Terus saya bilang kalau Prof. Warsito itu temannya pak Komar, Kapuskom. Menurut saya, sebaiknya bertemu Pak Komar, supaya prosesnya lebih cepat dan informasi mengenai alatnya lebih akurat.
Angger bilang, kalau ibunya sudah sembuh, dia pengin naek sepeda sama ibunya. Gitu.
Sambil baca koran, disapa sama satpam yang lagi ngatur lalu lintas.
Nggak lama dia duduk di halte juga, istirahat.
Kenal dong sama Angger--tapi kok nama di bajunya "Hadi" ya?
Dia buka suara.
"Pinggang saya keseleo ini"
"Kenapa?" Saya jadi basa-basi juga menanggapi, soalnya kan kenal.
"Abis gendong ibu saya, dari kamar ke toilet, dari toilet ke kamar. Gitu terus selama 5 tahun."
Dari kalimat terakhir, saya mulai tertarik dengan pembicaraan ini.
"Emang ibunya kenapa?"
"Ibu saya sakit. Tumor otak. Keren ya penyakitnya. Kalo orang tua sakit gitu, kelakuannya jadi kayak anak kecil. Masak Ibu saya pernah bilang, "umi mau tidur, pingin ngimpi naik sepeda, kan dengernya gimana gitu."
Berikutnya dia cerita, pas dapet gaji 13 dia beli sepeda.
Angger bilang, tumor ibunya sudah sekitar 75 % dari besar kepalanya.
Pernah ibunya dirawat 1 bulan di RSAM.
Dia bilang, udah cari informasi berobat kemana-mana. Termasuk dia pakai smartphone bukan untuk bermain di jejaring sosial, tapi untuk cari informasi pengobatan ibunya.
Saya jadi ingat dengan Prof. Warsito. Saya ceritakan ke Angger kalau Prof. Warsito menciptakan alat untuk menghancurkan sel kanker. Terus saya bilang kalau Prof. Warsito itu temannya pak Komar, Kapuskom. Menurut saya, sebaiknya bertemu Pak Komar, supaya prosesnya lebih cepat dan informasi mengenai alatnya lebih akurat.
Angger bilang, kalau ibunya sudah sembuh, dia pengin naek sepeda sama ibunya. Gitu.
Langganan:
Postingan (Atom)