Aku masih menginginkan kita.
Baiklah, akan kutawarkan hal lainnya, sekiranya ini bisa jadi peluang bagi kita.
Pasca-akad nikah hingga waktu resepsi pernikahan tiba, demi Allah, aku tidak menuntut nafkah lahir maupun batin.
Tak masalah resepsi digelar 6 bulan atau satu tahun kemudian. Aku tetap di rumah orangtuaku, kamu pun begitu.
Harta dan jiwamu tak berkurang meski kamu telah memiliki istri.
Sebelum resepsi itu tiba, aku tidak akan menuntut hak apapun.
Kamu dan hartamu tetap pada takaran yang sama. Sungguh!
Bukankah aku begitu murah?
Jumat, 04 Oktober 2013
Menyerah Berusaha [24 of 1001]
Sekiranya desakanku untuk kamu segera melamar
kamu artikan sebagai "menyerah"
maka benar, i deeply give up
Sekiranya kepasrahanmu menerima penundaan waktu pernikahan dari orangtuamu
kamu artikan sebagai "berusaha"
maka benar, u hardly fight for
Demikian ternyata, aku yang harus berkaca
sepertinya aku yang tidak benar-benar cinta
kamu artikan sebagai "menyerah"
maka benar, i deeply give up
Sekiranya kepasrahanmu menerima penundaan waktu pernikahan dari orangtuamu
kamu artikan sebagai "berusaha"
maka benar, u hardly fight for
Demikian ternyata, aku yang harus berkaca
sepertinya aku yang tidak benar-benar cinta
Dua Syarat
Saya sangat berterima kasih atas kedatangan bapak ibu sekeluarga besar untuk melamar saya. Sebelum menyatakan bersedia atau tidak, saya ingin mengajukan dua syarat.
Pertama, saya ingin akad nikah silaksanakan maksimal dua minggu pasca-lamaran ini, tepatnya pada hari Jumat. Hal ini saya putuskan untuk menjaga nama baik kami berdua kalau terpaksa harus kemana-mana berdua mengurus hal yang berkaitan dengan resepsi pernikahan.
Kedua, karena saya tidak suka dengan kalimat "kebelet kawin" yang dilontarkan siapapun, baik serius atau bercanda, baik langsung maupun tidak langsung, maka saya ingin pasca-akad nikah kami tetap tinggal di rumah orangtua masing-masing hingga hari resepsi tiba.
Itu dua syarat yang saya ajukan dan tidak bisa ditawar. Sekiranya bapak ibu sekeluarga besar setuju, mari kita lanjutkan pembicaraan. Sekiranya bapak-ibu sekeluarga besar tidak setuju, maka saya tetap berterima kasih bapak-ibu sekeluarga besar telah sudi melepas alas kaki yang mahal untuk menginjakkan kaki dan duduk bersama di rumah kami yang sederhana ini. Terima kasih.
---
Konsep, kalo-kalo dalam waktu dekat ada yang ngelamar.
Pertama, saya ingin akad nikah silaksanakan maksimal dua minggu pasca-lamaran ini, tepatnya pada hari Jumat. Hal ini saya putuskan untuk menjaga nama baik kami berdua kalau terpaksa harus kemana-mana berdua mengurus hal yang berkaitan dengan resepsi pernikahan.
Kedua, karena saya tidak suka dengan kalimat "kebelet kawin" yang dilontarkan siapapun, baik serius atau bercanda, baik langsung maupun tidak langsung, maka saya ingin pasca-akad nikah kami tetap tinggal di rumah orangtua masing-masing hingga hari resepsi tiba.
Itu dua syarat yang saya ajukan dan tidak bisa ditawar. Sekiranya bapak ibu sekeluarga besar setuju, mari kita lanjutkan pembicaraan. Sekiranya bapak-ibu sekeluarga besar tidak setuju, maka saya tetap berterima kasih bapak-ibu sekeluarga besar telah sudi melepas alas kaki yang mahal untuk menginjakkan kaki dan duduk bersama di rumah kami yang sederhana ini. Terima kasih.
---
Konsep, kalo-kalo dalam waktu dekat ada yang ngelamar.
Kamis, 03 Oktober 2013
Pertanyaan [23 of 1001]
kalau ada perempuan yang mengajak kamu menikah
bukankah itu bukti kalau dia serius sama kamu
dia yakin dengan keberadaan kamu
sekarang, kenapa kamu tidak mengakui saja kalau kamu belum siap menikah?
malah berdalih belum diizinkan orang tua
kalau serius mengupayakan, izin orang tua pasti didapat
mereka pasti mengerti
nah sekarang, apa yang kamu upayakan?
sikap? sudahkah sikap kamu di hadapan orang tua terlihat pantas untuk menikah?
kebiasaan? sudahkah kebiasaan kamu mencerminkan kamu pantas mengayomi anak orang?
penghasilan? kita tak perlu bahas ini karena kita sama-sama usaha.
bukankah konsepnya 'cukup'.
bukankah itu bukti kalau dia serius sama kamu
dia yakin dengan keberadaan kamu
sekarang, kenapa kamu tidak mengakui saja kalau kamu belum siap menikah?
malah berdalih belum diizinkan orang tua
kalau serius mengupayakan, izin orang tua pasti didapat
mereka pasti mengerti
nah sekarang, apa yang kamu upayakan?
sikap? sudahkah sikap kamu di hadapan orang tua terlihat pantas untuk menikah?
kebiasaan? sudahkah kebiasaan kamu mencerminkan kamu pantas mengayomi anak orang?
penghasilan? kita tak perlu bahas ini karena kita sama-sama usaha.
bukankah konsepnya 'cukup'.
Langganan:
Postingan (Atom)